BAHAN PRESENTASI
PENGANTAR INDUSTRI KELAPA SAWIT
GLISERIN
Disusun
Oleh Kelompok 4
1. Purwo
Kistanto 011.11.013
2. Risyad
Lingga Pangestu 011.11.014
3. Rochimi
011.11.015
4. Sendi
Hendriatna 011.11.016
Dosen
Pembimbing
Dr. Ir. I Made Astina, M. Eng.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAWIT
INSTITUT
TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
2012
GLISERIN
DARI KELAPA SAWIT
Gliserin adalah suatu tribasic alkohol yang terdapat
di alam dalam bentuk trigliserida yang merupakan trigliseril ester dari asam
lemak.
Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh Scheele pada tahun 1770 yang
diperoleh dengan memanaskan minyak zaitun (olive oil). Pada tahun 1784, Scheel
melakukan penelitian yang sama terhadap beberapa sumber minyak nabati lainnya
dan lemak hewan seperti lard. Scheel menamakan hasil temuannya ini dengan
sebutan ‘the sweet principle of fats”. Nama gliserin baru dikenal setelah pada
tahun 1811. Nama ini diberikan oleh Chevreul (orang yang melanjutkan penelitian
Scheele ) yang diambil dari bahasa Yunani (Greek) yaitu dari kata glyceros yang
berarti manis. Pada tahun 1836, Pelouze menemukan formula dari gliserol dan
pada tahun 1883 Berthlot dan Luce mempublikasikan formula struktur gliserol.
Gliserol
merupakan tryhydric alcohol C2H5(OH)3 atau
1,2,3-propanetriol. Struktur kimia dari gliserol adalah sebagai berikut :
Karakteristik gliserol/gliserin :
Ø Berat molekul : 92
Ø Titik leleh (0C) : 12,9
Ø Titik didih (0C) : 263
Ø Densitas (kg/m3) : 1260
Ø Cp (kkal/kg0C) :
4,6151
Ø Viskositas (Cp)(900C) : 954
Pemakaian kata
gliserol dan gliserin sering membuat orang bingung. Gliserol dan gliserin adalah
sama, tetapi pemakaian kata gliserol biasa dipakai jika kemurnian rendah (masih
terkandung dalam air manis) sedangkan pemakaian kata gliserin dipakai untuk kemurnian
yang tinggi. Tetapi secara umum, gliserin merupakan nama dagang dari gliserol. Gliserol
dapat dihasilkan dari berbagai hasil proses, seperti :
1. Fat splitting,
yaitu reaksi hidrolisa antara air dan minyak menghasilkan gliserol dan asam lemak.
Macam Proses Fat Splitting
Proses fat
splitting dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu jenis hydrolisa dan enzimatik,
walaupun pada beberapa literatur dijelaskan proses enzimatik merupakan bagian
dari proses fat splitting secara hidrolisa. Dan pada bagian selanjutnya akan
dijelaskan:
a.
proses twitchellb
b.
proses batch autoklavc
c.
proses kontinud
d.
Proses enzimatik
Menurut literatur lain diilustrasikan seperti berikut:
a. Twitchell Proses
Proses
twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada pemisahan asam lemak.
Proses ini menggunakan cara yang relatif sederhana, disebabkan murah dan
kemudahan dari instalasi dan operasinya. Tetapi secara umum proses ini
memutuhkan konsumsi energi yang besar serta kualitas produk yang
relatif rendah. Proses pemisahan menggunakan reagent twitchell dan H2SO4
seagai katalis. Reagentnya adalah campuran oleic atau asam lemak lainnya dengan
naphtha tersulfonasi. Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong
tahan kondisi asam. Kandungan lemak yang tercampur dengan air yang
jumlahnya lebih kurang ½ dari jumlah lemak. H2SO4 dengan
jumlah 1-2 % dan reagent twitchell 0,75–1,25 %, dipanaskan pada tekanan
atmosfer selama 36 – 48 jam, dengan menggunakan steam terbuka. Proses
biasanya diulangi 2 sampai 4 kali, pada tiap tahap menghasilkan gliserin dan
air. Pada tahap akhir air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga
mendidih guna mencuci asam yang tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang,
steam yang dibutuhkan makin tinggi dan diskolorasi asam lemak terjadi tidak
merata, dan pemakaian proses ini relatif kurang menguntungkan.
b. Proses Autoklav Batch
Proses ini
merupakan metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pemisahan produk akhir. Asam lemak yang disediakan harus dalam jumlah yang
banyak untuk menghasilkan zat lig-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan
dengan proses twitchell, butuh waktu selama 6–10 jam sampai selesai. Pemisahan
menggunakan katalis zink, magnesium, atau kalsium oksida. Dari semua katalis
yang digunakan, katalis zink adalah yang paling aktif. Sekitar 2–4%
katalisdigunakan dan sejumlah dari serbuk zink ditambahkan untuk meningkatkan
warna dari asam lemak. Dalam operasi, autoklav diisi dengan lemak dan air yang
jumlahnya (sekitar ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna
menggantikan udara terlarut dan autoklav ditutup. Steam yang digunakan
untuk menaikkan tekanan sampai 135 kPa dan diinjeksikan secara kontinu,
sementara sebagian kecil kisi-kisi menjagaagitasi dan tekanan operasi. Konversi
dapat dicapai lebih dari 95% setelah 6–10 jam. Isi dari autoklav dipindahkan ke
tanki, dimana terbentuk asam lemak dibagian atas dan gliserin pada bagian
bawah. Asam lemak yang terbentuk ditambahkan asam mineral untuk memisahkan
kandungan sabun dan selanjutnya dilakukan pencucian kembali guna menghabiskan
sisa asam mineral.
c. Proses Kontinu
Proses
kontinu counter current dilakukan dengan menggunakan suhu dan tekanan yang
tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan proses colgate-emery,
merupakan metode penting, efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan tekanan
tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current
penuh dari minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat pemanasan yang
maksimal, tanpa memerlukan katalis.
Menara
pemanasan merupakan alat utama. Kebanyakan dari menara pemisah mempunyai
konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara sama, tergantung dari kapasitas,
menara bisa berkapasitas pada diameter 508 – 1220 mm dengan tinggi 18 –
25 m, yang terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja steanless 316 atau
aloyinconel yang dirancang beroperasi pada tekanan 5000 kPa.
Suatu
rancangan pemisahan lurgi counter current single stage, lemak terdegradasi pada
sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1 m dari dasar dengan sebuah pompa
bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagianatas dengan perbandingan 0 – 50
% dari berat lemak. temperatur pemisah yang tinggi (250 – 260C) cukup menjamin penghancuran fase
air pada lemak.
Volume
kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah lewat sebagai fase
yang bersentuhan dari dasar atas menara, sementara cairan lebih berat mengalir
turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran. Lemak dan asam. Derajat
pemisahan dapat dicapai hingga 99 %.
Pada proses
pemecahan lemak dan minyak selanjutnya menggunakan tekanan tinggi, lebih
efisiendibandingkan proses lain dengan waktu reaksi 2–3 jam. Penghilangan zat
asam yang mengandung lemak punterjadi. Sebagai hasil dari pertukaran panas yang
efisien proses ini diusahakan memakai panas yang tinggi. Pemakaian jumlah
pemasukan per ton sebagai berikut:
Ø Steam (6 000
kPa) 160 kg
Ø Cooling
water (20) 3
m3
Ø Electrical energy 10kWh
Ø Process water 0,6 m3
Pada
perancangan pabrik gliserin, biasanya menggunakan proses kontinu ini sebagai
metode hidrolisis,dan kami pun telah menetapkan proses ini merupakan proses
yang kami pakai, pemilihan proses iniberdasarkan pertimbangan:
1.
konversi produk lebih tinggi
2.
waktu reaksi lebih singkat
3.
biaya operasi lebih murah
d. Proses Secara Enzimatik
Lemak dan
minyak dapat dihidrolisis dengan enzim yang alami. Pemisahan lemak melalui
penggunaan enzimlipolytic dilakukan dalam percobaan. Pemisahan lemak dan minyak
dengan enzim lipase dari candida rubosa,aspergilus niger, dan rhizopus arhizus
telah dipelajari dengan temperatur 26 – 46 untuk waktu 48 – 72 jam dan
pemisahan dapat dilakukan sekitar 98 %.
Uraian Proses
Pada
prinsipnya pembuatan pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. tahap
degumming
2. tahap
hidrolisa
3. fatty
acid distilation and fractionation opertion
4. tahap
penguapan
Degumming
merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang terdiri dari
phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana
bahan-bahan tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu
proses-proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat
menghasilkan warna gelap. Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi
gum dengan injeksi asam fospat sehingga kotoran mudah lepas dari minyak,
kemudian disusul dengan proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya
dihidrolisa pada reaktor hidrolisa. Fat splitting adalah reaktor dimana
terjadinya hidrolisa lemak atau minyak pada reksi hidrolisis, lemak dan
minyak akan dirubah menjadi asam lemak dan gliserol, yang telah dijelaskan pada
bagian awal makalah. Hidrolisa lemak atau minyak untuk menghasilkan asam lemak
dan gliserol dilakuakan dengan merasakan air bertekanan dengan minyak atau
lemak pada menara splitting. Minyak dan air secara kontinu dialirkan ke
splitting yang beroperasi pada suhu 250 dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam
air sedangkan asam lemak tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama
asam lemak merupakan bagian atas dari produk di menara splitting. Sedangkan
gliserol dan air berada di bottom menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis
(memerlukan panas). Selanjutnya produk gliserol yang masih mengandung sebagian
besar air dilakukan pemisahan dengancara penguapan menggunakan evaporator yang
merupakan unit operasi dimana gliserol dipisahkan dari komponen campurannya
yaitu air. Hasil dari unit pemisahan ini diperkirakan menghasilkan produk
gliserol 90,9%. Selanjutnya dilakukan destilasi dan operasi fraksinasi. Asam
lemak yang dihasilkan dibersihkan dan dipisahkan melalui penyulingan dan
fraksinasi.
Blok Diagram Proses
Sebagai mana
telah diulas lebih lengkap tahapan-tahapan proses pada fat splitting, maka
dapat dibuatkan diagram alir proses fat splitting menggunakan metode kontinu.
Contoh Flowchart pembuatan gliserol dari cotton seed
oil dengan proses hidrolisa kontinu:
Pada proses
ini, minyak biji kapas dan air sebagai bahan baku utama direaksikan dengan
bantuan kukus di menara splitting secara counter current pada suhu 250 dan tekanan 50 atm selama 2-3 jam. Pada menara
splitting ini terjadi hidrolisasi antara minyak biji kapas dengan air. Kemudian
terpisah antara lemak dengan air, lemak masuk ke dalam flash tank I dan
menghasilkan asam minyak. Sementara airnya masuk ke dalam flash tank II. Pada
flash tank ini terjadi perpisahan antara gas dan cair. Kemudian C6H8O3 masuk ke
decanter, setelah itu masuk ke tangki penetralan dengan menambahkan katalis
kaustik soda. Reaksi yang ada dalam netralisasi ini dinetralkan dengan
NaOH kemudian masuk ke centrifuge. Pada proses ini bagian yang yang terendapkan
menghasilkan sabun kemudian gliserol dan sabun cairmasuk ke dalam evaporator.
Pada evaporator terjadi pemisahan antara gliserol dengan sabun cair dan menghasilkan
hasil sampingnya air. kemudian gliserol masuk ke dalam flash tank untuk
mengeluarkan gas-gas dan masuk ke dalam tangki bleaching untuk pemberian warna
untuk gliserol kemudain masuk kefilter prosses untuk mendapatkan gliserol yang
murni dan hasil sampingnya berupa cake.
2.
Safonifikasi
lemak dengan NaOH, menghasilkan gliserol dan sabun
Trigliserida
bisa dengan cepat ditransesterifikasi secara batch pada tekanan atmosfer
dantemperatur 60-70 dengan metanol berlebih dan katalis alkali.
Sebelum ditransesterifikasi, lemak atau minyak harus dibersihkan dari Asam
Lemak Bebas (ALB). Perlakuan ini tidak dibutuhkan jika reaksinya dilakukan pada
tekanan hingga 9000 kPa dan temperatur yang tinggi (240) dibawah kondisi iniesterifikasi
dan transesterifikasi berjalan secara simultan. Campuran pada akhir reaksi
dialirkan ke settle. Lapisan sebelah bawah adalah gliserin dikeluarkan,
sementara lapisan atas metil ester dicuci untuk membuang sisa gliserin dan
untuk diproses lebih jauh. Kelebihan metanol didapatkan kembali dikondensor,
dikirim ke kolom pembersihan untuk pemurnian, dan kemudian di recycle.
3. Transesterifikasi lemak dengan
metanol menggunakan katalis NaOCH3 (sodium methoxide),
menghasilkan gliserin dan metil ester
Proses
esterifikasi metil ester
Transesterifikasi
Henkel
Gambar di atas
menunjukkan diagram alir dari proses Henkel yang dioperasikan pada tekanan 9000
kPadan suhu 240 menggunakan minyak yang belum dimurnikan
sebagai umpan/bahan baku. Kadar minyak, metanol berlebih dan katalis diukur dan
dipanaskan hingga suhu 240 sebelum diumpankan ke dalam reaktor. Sebagian
basar metanol berlebih dicairkan setelah melewati reaktor dan diumpankan ke bubble
tray column untuk pemurnian. Kemudian metanol tersebut digunakan kembali. Campuran
dari reaktor memasuki separator dimana gliserin yang kadarnya lebih dari 90%
dipisahkan. Metil ester kemudian diumpankan ke kolom distilasi untuk pemurnian.
Lurgi
Gambar di
atas menunjukkan diagram alir proses lurgi yang beroperasi pada tekanan normal.
Pemrosesan memerlukan umpan yang sudah mengalami proses degumming dan
penetralan kadar asam. Minyak tumbuhan yang sudah dimurnikan dan metanol
direaksikan di 2 stage mixr dengan bantuan katalis.Gliserin yang dihasilkan
dari reaksi larut di dalam metanol berlebih. Gliserin ini kemudian diolah di rectification column. Metanol dan
gliserin yang masih tinggal dibersihkan dari metil ester dicounter current
scrubber. Metil ester selanjutnya bisa dimurnikan dengan distilasi.
Sumber :
http://www.scribd.com/anwar_iskandar_1/d/89778133-Macam-Proses-Fat
Splitting
http://ocw.usu.ac.id/course/download/.../tkk-322_handout_gliserin.pdf
0 komentar:
Posting Komentar